Jika sobat sudah baca artikel seru tentang Komputer Rakitan yang pertamanya, kali ini saya tuliskan kelanjutan dari artikel dengan judul yang sama bagian dua alias kelanjutannya. Simak baik-baik, ya…
Kata kunci dari kinerja komputer adalah keseimbangan di antara kinerja masing-masing komponennya. Seberapa bisa, hindarkan hambatan pada salah satu komponen atau istilahnya bottleneck. Jadi, bisa percuma sobat pakai prosesor yang quad core, misalnya, kalau kapasitas memory cuma 512 MB. Pasti akan terjadi bottleneck karena kinerja prosesor yang digdaya tersebut akan terhambat oleh ketebatasan memory. Ibarat naik Ferrari di Harmoni pada siang hari; kemampuan lari Ferrarinya tidak akan bisa didayagunakan pada kondisi jalan macet seperti itu. Kinerja suatu sistem komputer ditentukan oleh kinerja dari komponennya yang paling rendah.
Power Supply:
Upayakan menggunakan power supply yang baik (pure power). Jangan tergiur oleh besarnya wattage yang ditawarkan. Ingat; harga tidak pernah bohong! Kalau ada yang menjual casing berikut power supplynya seharga 400 ribuan dengan iming-iming PSU-nya 450 W (misalnya), lupakan saja. PSU jenis ini cuma di tulisan saja yang 450 W, power sebenarnya bisa dapat 250 W saja sobat sudah beruntung. Kecuali hendak merakit komputer low-end dengan mobo VGA OB dan tidak banyak komponen tambahan, jangan pernah menggunakan power supply murahan bawaan casing.
Komputer bukan seperti mainan mobil-mobilan untuk anak. Kalau mainan, batereinya drop paling-paling jalannya jadi pelan dan lampunya redup. Begitu diganti baterei baru, jalan normal lagi. Komponen komputer tidak seperti itu, kalau tegangan atau daya kurang maka dia akan rusak permanen. PSU yang jelek berpotensi merusak komponen lain. Jangan pertaruhkan uang jutaan yang sudah kita keluarkan untuk membeli CPU menguap begitu saja karena kita berhemat beberapa ratus ribu untuk membeli PSU yang bagus. Kalo’ komputer rusak melulu, saya kira malah bisa lebih boros biaya.
PSU ini vital, orang sering meremehkan fungsinya dan sering mengorbankan harga PSU untuk mendapatkan komponen lain yang lebih baik. Padahal PSU ini ‘kan jantung-nya sistem, kalo’ jantungnya jelek yang lain juga empot-empotan. Rekomendasi PSU yang OK apa ya ? Kualitas OK, dan harga juga OK.
UPS
Di samping PSU, saya juga sangat merekomendasikan penggunaan UPS dan/atau stabilisator tegangan. Karena saya lihat di banyak tempat di Indonesia ini tegangan listrik masih kurang stabil. Ini juga cukup berbahaya untuk umur system. Saya malah lebih ekstrim, kebetulan di daerah saya naik turunnya listrik cukup gila-gilaan, jadi saya pake UPS & stabilizer, karena UPS lama, system AVRnya belum kurang mantap (dari hasil pengecekan pake multimeter). Beli stabilizer & UPS pun sebisa mungkin, alias jangan asal. Banyak dijual sekarang UPS yang telah ada AVR-nya (stabilisatornya, Automatic Voltage Regulator), dengan harga yang sudah cukup masuk akal dibandingkan beberapa tahun lalu.
Bila UPS dirasa masih terlalu mahal, minimal kita pasang stabilisator. Jangan pake yang murah/biasa, itu sich cuman jual travo aja. Pake yang sudah pake motor. Lebih mahal, harganya bisa 2x lipat yang biasa, beratnya pun lebih 2x lipat, tapi OK punya. Saya pake satu, dan dari test bisa menerima toleransi input dari 140-260V. Tegangan listrik di tempat saya kadang ngedrop sampai ~160V, dan saya masih mendapatkan output stabil di 220V (+/- 1-2V).
Perlu di ingat, kadang di spec nya tertulis 1200 watt (misalkan). Tapi output sesungguh nya biasanya hanya 80% nya saja. Dan jangan lupa 1200 watt itu biasanya di bagi menjadi 2 rail utama, yang jadinya tiap rail hanya punya output 600 x 80% nya doang. Bagusnya kalo sobat merakit PC high performance, daya PSU harus di kasih extra 30 % dari yang di butuhkan oleh tiap-tiap perangkatnya (Processor, VGA, Motherboard, RAM, HDD, optic, Fan dll). Terutama Processor dan VGA adapter kalo yang high end biasanya perlu daya di atas 600 watt.
Berbicara soal merk, sudah ada banyak kok yang bagus dengan harga yang cukup “terjangkau”. Beberapa diantaranya: Acbel, Antec, AOpen, FSP, Silverstone dll. PSU bawaan casing yang “murah meriah” tidak layak pakai kecuali untuk system yang low-end dan minim peripheral, itu pun masih diragukan daya tahannya. Untuk menentukan merk yang layak pakai atau tidak, kembali ke slogan “harga tidak pernah bohong.” Tidak ada barang kualitas bagus yang harganya “murah”. Contoh: PSU real power 400W yang bagus harga sekitar 400 rb-an, nah kalau ada yang jual casing berikut PSU 430W seharga 350 rb-an, ketahuan deh mana yang bagus bener dan mana yang “tipu-tipu″. Yang repot banyak barang kualitas “biasa” tapi dijual mahal. Banyak tanya dari berbagai sumber sebelum beli, itu panduan terbaik.
Untuk PSU yang real power, angka wattage yang tertulis di speknya itu untuk continuous power, sedang peak powernya bisa lebih tinggi sampai 10% bahkan lebih. Jadi saat semua komponen CPU full load (prosesor, VGA, HDD & ODD semua kerja berat saat bersamaan) PSU tersebut masih sanggup untuk menanganinya sekalipun tidak untuk waktu terus-menerus. Lagian, jarang kondisi semua komponen full load gitu terjadi untuk jangka waktu yang lama. Paling hanya beberapa detik saja.
Ini kebalikan dari PSU yang “biasa saja” dimana angka yang tercantum adalah peak powernya. Kalau PSU yang murahan, mendingan angkanya dikalikan 40%, itulah real powernya. Nah kalau PSU ginian kena full load, maka komputer akan hang atau restart. Kalau terjadi berulang-ulang maka ‘say goodbye to your HDD’, motherboard, VGA and processor Hehehe…
Prosesor:
Apabila dana terbatas, spek prosesor boleh diturunkan kelasnya (kecuali untuk kebutuhan pengunaan yang memang perlu prosesor yang canggih). Komponen ini yang paling gampang di upgrade. Dan kalau kita mengerti sedikit tentang teknis komputer, tidak terlalu sulit untuk memacu (overclock) prosesor agar kinerjanya setara dengan prosesor dengan spek di atasnya (yang lebih mahal tentunya). Kelak kalau dirasa kinerja prosesor sudah tidak memadai untuk kebutuhan kita, cukup beli prosesor baru yang lebih canggih dan jual prosesor bekasnya. Syaratnya asal mobonya mendukung saja.
Motherboard:
Yang paling sulit justru menentukan pilihan motherboard. Komponen ini boleh dikatakan tidak bisa diupgrade, karena mengganti motherboard biasanya diikuti dengan mengganti prosesor pula. Kalau sudah begini mendingan jual komputer yang lama, lalu beli yang baru. Tips dalam memilih mobo, belilah mobo dengan chipset keluaran terbaru sesuai kemampuan finansial kita. Chipset terbaru biasanya sudah mendukung prosesor generasi yang akan datang beserta fitur-fiturnya. 2 tahun lagi, misalnya, komputer kita sudah kedodoran menangani berbagai aplikasi baru, kita tinggal ganti prosesornya saja dengan generasi yang lebih muda. Bacalah thread ‘Papan Bunda’ untuk tahu lebih jauh soal mobo.
Memory:
Untuk saat ini, kapasitas RAM 1 GB adalah syarat minimal untuk menjalankan berbagai aplikasi dengan nyaman. Alangkah baiknya bila kita pasang RAM 2 GB di sistem kita. Hal yang perlu diperhatikan adalah spek mobonya, apakah sudah mendukung fitur dual channel (hampir semua mobo keluaran baru sudah mendukung dual channel, kecuali type tertentu). Dengan mobo yang support dual channel, dianjurkan untuk memakai 2 keping RAM yang identik. Jadi kalau mau pasang memory 1 G belilah 2 keping @ 512 MB dengan merk yang sama (dan kalau bisa batch number yang sama). Memang 2 keping @ 512 MB sedikit lebih mahal dibanding 1 keping @ 1 G, tapi layak dibayarkan karena kinerja memory jadi lebih cepat.
Optical Drive & Hard Disk:
Belilah Optical Drive sesuai kebutuhan. Kalau memang membutuhkan untuk menulis data di DVD, maka mau tak mau harus memakai DVD-RW. Tapi kalau data cukup ditulis di CD, maka DVD combo adalah pilihan yang paling bijak. Apa pun kondisinya, DVD drive sudah menjadi keharusan dewasa ini. Sebagian besar installer aplikasi-aplikasi baru sudah menggunakan format DVD, bukan CD lagi.
Koneksi untuk Optical Drive dan Harddisk juga sebaiknya menggunakan yang Serial ATA (SATA). Beberapa mobo keluaran terbaru sudah jarang yang memiliki port IDE/Paralel ATA secara native. Memang biasanya masih tersedia port IDE, tapi itu ditangani oleh satu chipset khusus yang akan merubahnya menjadi SATA. Kadang-kadang deteksinya lebih lambat, sekalipun tetap bisa berfungsi normal.
Demikian suka duka dalam menentukan spesifikasi komputer yg paling pas untuk sebuah komputer rakitan. Mudah-mudahan artikel lanjutan ini bisa lebih bermanfaat buat sobat semua. Jika sobat ingin informasi lebih lanjut, bisa juga gabung di sebuah group difacebook, siapa tahu dapet jodoh. Hehehehe….
Lalu bagaimana keadaan keluarga dalam ilustrasi di artikel yang pertama ? Ternyata malah sering terjadi cekcok antar anggota parlemen karena mereka selalu saling berebut menggunakan komputer yang satu itu. Nah, kalo’ sudah kayak gitu, mestinya masing-masing dikasih jatah laptop seorang satu baru bisa tentram. Heee…
Terimakasih Atas Kunjungan Anda